Rabu, 29 April 2009

mario van bashtern


Nama persaudaran setia hati memang telah dikenal di seluruh antero indonesia bahkan sampai luar negeri. Saya Dwi Maryono warga sh terate tahu 2002 merasa bangga kepada sh terate, karena setelah menjadi warga sh terate saya merasa lahir kembali sebagai manusia dengan ilmu yang baru pula. Dalam perkembamnganya sh terate memang sanbgat pesat dengan semboyan memayu hayuning bawono.
Sebagai manusia yang telah dibesarkan jiwanya dalam pendidikan suci persaudaraan setia hati terate saya mengajak kepada semua warga sh terate untuk menjaga nama baik sh terate sampai akhir hayat. Selalu menjaga persaudaraan di se4gala suasana, keadaan, dan kondisi karena persaudaraan adalah segalanya. jangan sampai persau daraan hancur karena masalah yang tak perlu, tentu kita ingat saat pengesahan kita pernah berjanji " apabila kita melanggar pepacuh-pepacuh sh terate maka kita akan hancur seperti air yang kita minum bersama-sama ini ( kecer ) ".
marilah saudara-saudaraku jangan sampai kita hancur karena janji kita sendiri " suro diro joyoningrat dening pangastuti ". Ki Ageng Suro mendirikan SH tak lain hanya supaya manusia yang mengikutinya bisa menjadi manusia yang bertranggung jawab, membela negara,berpasrah kepada tuhan yang maha esa. Yang kemudian dikembangkan oleh Ki Harjo Utomo menjadi sh terate sampai sekarang ini yang bertujuan mendidik manusia yang berbudi luhur tau benar dan salah.



SOPO SING SUCI ADOH SOKO BEBOYO PATI

Selasa, 14 April 2009

metode artikulasi motokinestetik


Metode Artikulasi Motokinestetik


Definisi
Metode artikulasi motokinestetik dikembangkan oleh Young dan Hawk (1938). Metode artikulasi motokinestetik adalah metode artikulasi yang penerapanya langsung digerakan secara eksternal pada bagian mulut, rahang, dan leher oleh terapis wicara. Tujuan metode motokinestetik adalah untuk mencegah pembelajaran artikulasi yang salah dan untuk memperbaiki artikulasi yang salah (William & Wilkins 1987).

Prosedur
Prosedur metode artikulasi motokinestetik yaitu melalui manipulasi dari terapis dan produksi bunyi. Sehingga pasien mampu menghubungkan gerakan-gerakan artikulasi dengan tambahan masukan pendengaran dan belajar mengucapkan bunyi-bunyi. Pasien memproduksi kembali gerakan artikulasi melalui rasa gerak ( kinesthetic sense ). Rasa gerak yang positif dan umpan balik taktil yang dilakukan oleh terapis akan dapat memanipulasi artikulator pasien (Sommers & Kane, 1974).
Young dan Hawk (1938) menambahkan bahwa seluruh kebutuhan pasien harus diperhatikan dan manipulasi terhadap pasien tidak harus dimulai pada saat pertemuan pertama. Pada penggunaan metode ini, terapis menempatkan pasien dalam posisi terlentang untuk mendapatkan rasa rileks. Kemudian untuk mengajarkan bunyi awal, terapis perlu menggunakan tongue depressor untuk dimasukan kedalam mulut. Apabila pendekatan standar tidak efektif maka penggunaan tongue depressor tidak dilanjutkan. Pada penerapan metode ini tidak dilakukan latihan auditori diskrimination, bunyi-bunyi tidak diproduksi secara satuan namun langsung pada suku kata, kata, frase, kalimat dan paragraf.

Langkah-langkah
Langkah-langkah penerapan metode motokinesteik yaitu target pembentukan fonem /b/ ditambah fonasi /a/ misalnya /ba/ , pengulangan bisyllables misalnya /baba/, pembentukan multisyllable /babi/.


Prognosis disaudia
Seseorang dengan gangguan pendengaran yang ringan masih memiliki kemampuan pendengaran yang tergantung pada sinyal auditori yang diterima sebagai dasar terbentuknya suatu informasi. Hal ini memungkinkan seorang dengan gangguan pendengaran ringan masih bisa tertolong dengan menggunakan alat bantu dengar. Hal tersebut dapat memungkinkan bertambahnya informasi dari luar, tergantung pula kemampuan dirinya dalam menyimpulkan sinyal akustik langsung, dimana sisa gerakan amplitude dan frekuensi yang tidak cukup untuk sebuah pengertian yang adekuat dari sebuah pesan atau informasi.
Jika gangguan pendengarannya sangatlah serius akan terjadi kegagalan dalam menerima sinyal yang cukup untuk sebuah pemahaman. Dalam kasus yang berat proses rehabilitasi dari fungsi pendengaran yang dihasilkan dari proses amplification sangatlah sedikit sekali informasi tambahan yang diterima. Tetapi pendekatan yang alamiah untuk rehabilitasi gangguan pendengaran menekankan bahwa rehabilitasi pada gangguan pendengaran tidak merubah struktur pemulihan suatu program. Hanya relative emphasize akan menjadi penempatan dalam latihan auditori dan visual yang dapat memberi perubahan (Sanders, 1971).